Pages

Tuesday, April 28, 2015

Alumni 2012/2013

ALUMNI MTs MUHAMMADIYAH 3 YANGGONG
TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Nomor Nama
Urut Peserta Induk
1 20-509-001-8 1634 AGUS PURNOMO SAKTI
2 20-509-002-7 1635 AHMAD SIDIK
3 20-509-003-6 1636 ALEXY MAULANA ISBA
4 20-509-004-5 1637 ARI FADLI
5 20-509-005-4 1639 DAVID SETYO MAHENDRA
6 20-509-006-3 1640 FAHRUL MUHAYAT ISLAMI
7 20-509-007-2 1641 FAJAR IS KARIMAN
8 20-509-008-9 1642 FENDI FIRMANSYAH
9 20-509-009-8 1644 HANIP HERI HERIYAWAN
10 20-509-010-7 1646 JAT RONY ISMAWANTO
11 20-509-011-6 1647 MIRZA ASRIAN PRIASMORO
12 20-509-012-5 1648 MUHAMMAD ALFIAN CHOIRUL FATHONI
13 20-509-013-4 1649 MUHAMMAD IKHSAN MU'MININ
14 20-509-014-3 1650 M. KHOIRUL ANAM
15 20-509-015-2 1651 ONGKY PRATAMA SHANDIKA EDA WARDANA
16 20-509-016-9 1653 DIAH AYU PUSPITASARI
17 20-509-017-8 1654 DWI KRISTIANA
18 20-509-018-7 1655 ERNA FIDIAWATI
19 20-509-019-6 1656 FERA JULIANA
20 20-509-020-5 1657 INNA SALASATUN QOIRIAH
21 20-509-021-4 1658 INDRIANI
22 20-509-022-3 1659 MAYA LUSIANA
23 20-509-023-2 1660 MUJADIDATUL ISTIQOMAH
24 20-509-024-9 1661 NOVI TIYA NUR ISLAMIYAH
25 20-509-025-8 1662 NOVI PANCARINI SETIANINGSIH
26 20-509-026-7 1663 NUR HIDAYAH
27 20-509-027-6 1664 RIRIN MINASARI
28 20-509-028-5 1665 SISKA DEWI PERMATA
29 20-509-029-4 1666 SITI KHOIRUN NASI'AH
30 20-509-030-3 1667 SITI KHOLIFAH DARMA YANTI
31 20-509-031-2 1668 WIDYA SANTI
32 20-509-032-9 1669 WIDYA WATI

Alumni 2013/2014

DAFTAR ALUMNI
MTs MUHAMMADIYAH 3 YANGGONG PONOROGO
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
NO NAMA TTL Orang Tua
1 AGUS SETIAWAN PONOROGO, 25 AGUSTUS 1998 SENEN
2 AHMAD ARIFUDIN PONOROGO, 26 JULI 1997 PARNI
3 AHMAD MUHLIS ABIDIN PONOROGO, 22 MEI 1998 BIBIT WIYONO
5 DIKKY PURWANTO PONOROGO, 10 JULI 1999 MISRAN
6 ELYNG DIAN SAPUTRA PONOROGO, 7 NOPEMBER 1997 GUNUNG
7 ERVIN FEBRUADI RIVALSAH PONOROGO, 14 NOPEMBER 1998 MESERI
8 FADLI IZZUL MUSLIMIN PONOROGO, 8 AGUSTUS 1998 AMINOTO
9 HAFIDIN PRADANA MAHAPUTRA PONOROGO, 4 JUNI 1998 MISLAN
10 IMAM DAHRUL AHLI MAHMUDIN PONOROGO, 21 DESEMBER 1997 MUJI
11 IRVANUL ZAFAR SIDIQ PONOROGO, 29 AGUSTUS 1998 SUJIANTO
12 IRWAN HADI PUTRA PONOROGO, 11 MARET 1996 KATONO
13 MAHMUD ALI MUDAKIR PONOROGO, 7 OKTOBER 1997 TASIMUN
14 MA'RUFIN MUSTAQOFUL FIKRI PONOROGO, 20 JUNI 1998 RIANDO
15 MUCHLISIN PONOROGO, 8 FEBRUARI 1999 SUYONO
16 MUHAMMAD AFIF MA'RUF PONOROGO, 11 MEI 1999 MARJUKI
17 NUR AZIZ MUHLISIN PONOROGO, 27 JULI 1998 FIJIDHIHA
18 PANJI RIVAI KURNIAWAN PONOROGO, 2 MEI 1997 MASUMITO
19 RAHAYU WIDODO PONOROGO, 8 MARET 1998 SAMIJO
20 ZAINUL MUKHLISIN PONOROGO, 20 NOPEMBER 1996 KATEMUN
21 AEFA TRI WARDANI PONOROGO, 29 APRIL 1999 MARNO
22 ANA SUGIARTI PONOROGO, 6 JUNI 1998 SIHADI
23 AZIZAH UMMAHATIN PONOROGO, 18 DESEMBER 1998 WAHYUDI
24 DAYU RAHMANIA RIZQI PONOROGO, 18 AGUSTUS 1998 GUNAWAN
25 DENIS MARDIANASARI PONOROGO, 26 MARET 1999 JARMANI
26 DWI RAMAYANTI PONOROGO, 26 SEPTEMBER 1998 SUMANTO
27 DWI SUSANTI PONOROGO, 17 MARET 1998 JEMIRIN
28 EMIL SILVIANA PONOROGO, 13 APRIL 1999 SENO
29 ERIKA ALIFUL HIDAYATI PONOROGO, 18 DESEMBER 1998 TOIMAN
30 EVA NUR SEFTIANA PONOROGO, 23 SEPTEMBER 1998 SUTRISNO
31 ILHAM MUZAHRAH PONOROGO, 7 MEI 1999 ARJO GUDEL
32 ISLAMIYATUL KHOTIMAH PONOROGO, 17 AGUSTUS 1999 SAWALUDIN
33 KHUSNUL UMI NASTA'IN PONOROGO, 14 MEI 1999 SADAJI
34 LILA NIFA NURCAHYATI PONOROGO, 28 MARET 1998 JEMALI
35 RENI TRIA SARI PONOROGO, 13 JULI 1997 SARJU
36 RENY AGUSTIN PONOROGO, 3 AGUSTUS 1999 IWAN KHOLIK
37 RIZKI RAHMAWATI PONOROGO, 25 OKTOBER 1998 SUGIHARTO
38 TIANSI EVI ADETIANINGRUM PONOROGO, 30 MARET 1998 SUGITO

Sunday, April 26, 2015

Ikatan Pelajar Muhammadiyah


Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) berdiri 18 Juli 1961, hampir setengah abad setelah Muhammadiyah berdiri. Namun demikian, latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar yang ingin metakukan pemurnian terhadap pengamalan ajaran Islam, sekaligus sebagai salah satu konsekuensi dari banyaknya sekolah yang merupakan amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader. Oleh karena itulah dirasakan perlu hadirnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai organisasi para pelajar yang terpanggit kepada misi Muhammadiyah dan ingin tampil sebagai pelopor, pelangsung penyempurna perjuangan Muhammadiyah.
 Jika dilacak jauh ke belakang, sebenarnya upaya para pelajar Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah sudah dimulai jauh sebelum lkatan Pelajar Muhammadiyah berdiri pada tahun 1961. Pada tahun 1919 didirikan Siswo Projo yang merupakan organisasi persatuan pelajar Muhammadiyah di Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada tahun 1926, di Malang dan Surakarta berdiri GKPM (Gabungan Keluarga Pelajar Muhammadiyah). Selanjutnya pada tahun 1933 berdiri Hizbul Wathan yang di dalamnya berkumpul pelajar-pelajar Muhammadiyah.
   Setelah tahun 1947, berdirinya kantong-kantong pelajar Muhammadiyah untuk beraktivitas mulai mendapatkan resistensi dari berbagai pihak, termasuk dari Muhammadiyah sendiri. Pada tahun 1950, di Sulawesi (di daerah Wajo) didirikan Ikatan Pelajar Muhammadiyah, namun akhirnya dibubarkan oleh pimpinan Muhammadiyah setempat. Pada tahun 1954, di Yogyakarta berdiri GKPM yang berumur 2 bulan karena dibubarkan oleh Muhammadiyah. Selanjutnya pada tahun 1956 GKPM kembali didirikan di Yogyakarta, tetapi dibubarkan juga oleh Muhammadiyah (yaitu Majetis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah).
Setelah GKPM dibubarkan, pada tahun 1956 didirikan Uni SMA Muhammadiyah yang kemudian merencanakan akan mengadakan musyawarah se-Jawa Tengah. Akan tetapi, upaya ini mendapat tantangan dari Muhammadiyah, bahkan para aktifisnya diancam akan dikeluarkan dari sekolah Muhammadiyah bila tetap akan meneruskan rencananya. Pada tahun 1957 juga berdiri IPSM (Ikatan Pelajar Sekolah Muhammadiyah) di Surakarta, yang juga mendapatkan resistensi dari Muhammadiyah sendiri.
   Resistensi dari berbagai pihak, termasuk Muhammadiyah sendiri, terhadap upaya mendirikan wadah atau organisasi bagi pelajar Muhammadiyah sebenarnya merupakan refleksi sejarah dan politik di Indonesia yang terjadi pada awal gagasan ini digulirkan. Jika merentang sejarah yang lebih luas, berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya dengan sebuah background politik ummat Islam secara keseluruhan. Ketika Partai Islam MASYUMI berdiri, organisasi-organisasi Islam di Indonesia merapatkan sebuah barisan dengan membuat sebuah deklarasi (yang kemudian terkenal dengan Deklarasi Panca Cita) yang berisikan tentang satu kesatuan ummat Islam, bahwa ummat Islam bersatu dalam satu partai Islam, yaitu Masyumi; satu gerakan mahasiswa Islam, yaitu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI); satu gerakan pemuda Islam, yaitu Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPll); satu gerakan pelajar Islam, yaitu Pelajar Islam Indonesia (Pll); dan satu Kepanduan Islam, yaitu Pandu Islam (PI). Ternyata, kesepakatan bulat organisasi-organisasi Islam ini tidak dapat bertahan lama, karena pada tahun 1948 PSll keluar dari Masyumi yang kemudian diikuti oleh NU yang keluar pada tahun 1952.
Muhammadiyah tetap bertahan di dalam Masyumi sampai Masyumi membubarkan diri pada tahun 1959. Bertahannya Muhammadiyah dalam Masyumi pada akhirnya menjadi mainstream yang kuat  bahwa deklarasi Panca Cita hendaknya ditegakkan demi kesatuan ummat Islam Indonesia. Selain itu, resistensi justru dari Muhammadiyah terhadap gagasan IPM juga disebabkan adanya anggapan yang merasa cukup dengan adanya kantong- kantong angkatan muda Muhammadiyah, seperti Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atut 'Aisyiyah, yang pada waktu itu cukup bisa mengakomodasikan  kepentingan para pelajar Muhammadiyah.
 Dengan kegigihan dan kemantapan para aktifis pelajar Muhammadiyah pada waktu itu untuk membentuk organisasi kader Muhammadiyah di kalangan pelajar akhirnya mulai didapat titik-titik terang danmulai muncul gejala-gejala keberhasilannya, yaitu ketika pada tahun 1958 Konferensi Pemuda Muhammadiyah Daerah di Garut berusaha melindungi aktifitas para pelajar Muhammadiyah di bawah pengawasan Pemuda Muhammadiyah. Mulai saat itulah upaya pendirian organisasi pelajar Muhammadiyah dilakukan dengan serius, intensif, dan sistematis. Pembicaraan- pembicaraan mengenai perlunya berdiri organisai pelajar Muhammadiyah banyak dilakukan oleh Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. 
Berdasar keputusan Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Garut tersebut yang diperkuat pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke-2 pada tanggal 24-28 Juli 1960 di Yogyakarta, diputuskan untuk membentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (Keputusan ll/No. 4). Keputusan tersebut antara lain sebagai berikut:
1.Muktamar Pemuda Muhammadiyah meminta  kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majetis   Pendidikan dan Pengajaran supaya memberi  kesempatan dan menyerahkan kompetensi  pembentukan IPM kepada PP Pemuda Muhammadiyah.
2.Muktamar Pemuda Muhammadiyah meng amanatkan kepada PP Muhammadiyah untuk menyusun konsepsi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dari pembahasan-pembahasan Muktamar tersebut, selanjutnya untuk segera dilaksanakan setelah mencapai kesepakatan pendapat dengan Majetis Pendidikan dan  Pengajaran PP Muhammadiyah .
Kata sepakat akhirnya tercapai antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majetis Pendidikan dan Pengajaran tentang pembentukan organisasi pelajar Muhammadiyah. Kesepakatan tersebut dicapai pada tanggal 15 Juni 1961 yang ditandatangani bersama antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah MajetisPendidikan  dan Pengajaran. Rencana pendirian IPM tersebut kemudian dimatangkan tagi dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyah di Surakarta tanggal 18 20 Juli 1961. Akhirnya, secara nasional, metalui forum tersebut IPM resmi berdiri dengan penetapan tanggal 18 Juli 1961 sebagai hari kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah.
Berkembangnya IPM menghasilkan perluasan jaringan yang bisa menjangkau seluruh sekolah Muhammadiyah di Indonesia. Pimpinan IPM tingkat ranting didirikan di setiap sekolah Muhammadiyah. Berdirinya IPM di sekolah-sekolah Muhammadiyah ini ternyata kemudian menimbulkan kontradiksi dengan kebijakan pemerintah Orde Baru di dalam UU Keormasan yang menyatakan, bahwa satu- satunya organisasi pelajar di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia hanyalah Organisasi Siswa intra-Sekolah (OSIS). Padahal, di sekolah-sekolah
Muhammadiyah sudah terdapat organisasi pelajar Muhammadiyah, yaitu IPM. Dengan demikian, ada dualisme organisasi pelajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Dualisme itu menimbulkan ketegangan. IPM harus merubah namanya untuk tidak menggunakan kata "Pelajar". Dan ketegangan yang cukup signifikan terjadi ketika Muktamar IPM tahun 1989 yang rencananya dilangsungkan di Medan batal diselenggarakan dan tidak jelas statusnya karena tidak mendapat ijin penyelenggaraan dari pemerintah, atas nama UU Keormasan.
Situasi tidak menentu bagi eksistensi IPM berlanjut selama kurang lebih tiga tahun kemudian. Ketidakjelasan status dan eksistensi yang tidak menguntungkan itu akhirnya mencapai klimaknya pada saat Konferensi Pimpinan Wilayah IPM tahun 1992 di Yogyakarta, dimana Menteri Pemuda dan Olahraga saat itu (Akbar Tanjung) berkenan menghadiri Konpiwil secara khusus dan secara implisit menyampaikan kebijakan pemerintah kepada IPM, agar IPM melakukan penyesuaian dengan kebijakan pemerintah. Menyikapi himbauan pemerintah tersebut, akhirnya Pimpinan Pusat IPM membentuk Tim Eksistensi yang bertugas untuk menyelesaikan permasalahan ini. Setelah dilakukan pengkajian intensif, Tim Eksistensi ini merekomendasikan perubahan nama dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah.
Perubahan ini bisa jadi merupakan sebuah peristiwa yang tragis dalam sejarah organisasi, karena perubahannya mengandung unsur-unsur kooptasi dari pemerintah. Bahkan ada yang menganggap bahwa IPM tidak memiliki jiwa heroism sebagaimana yang dimiliki oleh Pelajar Islam Indonesia yang tetap tidak mau mengakui Pancasila sebagai satu-satunya asas organisasinya dan tidak mau mengganti kata Pelajar dari   nama organisasinya, sambil menerima konsekuensi tidak diakui keberadaannya oleh Pemerintah Orde Baru.
Namun, sesungguhnya perubahan nama tersebut, jika ditimbang-timbang, merupakan blessing in disguise (rahmat tersembunyi). Perubahan nama dari IPM ke IRM sebenarnya berpetuang semakin mempertuas jaringan dan jangkauan organisasi ini yang tidak hanya menjangkau pelajar, tetapi juga basis remaja yang lain, seperti kalangan remaja santri, remaja masjid, remaja kampung, dan lain-lain. Dengan demikian,lRM memiliki jangkauan garapan yang lebih luas yakni remaja. IRM dengan garapan yang luas tersebut mempunyai tantangan yang berat karena tanggung jawab moral yang semakin besar.
Gerakan IRM dituntut untuk dapat menjawab persoalan-persoalan keremajaan yang semakin kompleks di tengah dinamika masyarakat yang selatu mengalami perubahan. Keputusan pergantian nama ini tertuang dalam SK Pimpinan Pusat IPM Nomor Vl/PP.lPM/1992, yang selanjutnya disahkan oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah pada 18 Nopember 1992 metalui SK PP Muhammadiyah Nomor 53/SK-PP/IV.B/1.b/ 1992 tentang pergantian nama Ikatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah. Dengan demikian, secara resmi perubahan IPM menjadi IRM adalah sejak tanggal 18 Nopember 1992.
Reformasi yang terjadi di Indonesia tahun 1998 yang berhasil meruntuhkan pemerintah Orde Baru kemudian mendasari para aktivis IRM untuk memikirkan perubahan kembali nama organisasi menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Keinginan untuk mengembalikan nama dari IRM menjadi IPM muncut pertama kali pada Muktamar XII di Jakarta tahun 2000. Pada setiap permusyawaratan Muktamar setanjutnya pun, dialektika pengembalian nama terus bergulir seperti "bola liar" tanpa titik terang. Barulah titik terang itu sedikit demi sedikit muncul pada Muktamar XV IRM di Medan tahun 2006. Pada Muktamar kali ini dibentuk "Tim Eksistensi IRM" guna mengkaji basis massa IRM yang nantinya akan berakibat pada kemungkinan perubahan nama.
Keputusannya IRM kembali menjadi IPM. PP Muhammadiyah akhirnya mendukung keputusan perubahan nama itu dengan  mengeluarkan SK nomenklatur tentang perubahan nama dari Ikatan Remaja Muhammadiyah menjadi Ikatan Pelajar Muhammadiyah atas dasar rekomendasi Tanwir Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 2007. Walaupun sudah ada SK nomenklatur, namun di internal IRM masih mengalami gejotak antara pro dan kontra atas keputusan perubahan   nama tersebut.
 Selanjutnya, Pimpinan Pusat IRM mengadakan konsolidasi dengan seluruh Pimpinan Wilayah IRM se-Indonesia di Jakarta, Juli 2007, untuk membicarakan tentang SK nomenklatur. Pada kesempatan itu, hadir PP Muhammadiyah untuk menjelaskan perihal SK tersebut. Pada akhir sidang, setelah metalui proses yang cukup panjang, forum memutuskan bahwa IRM akan berganti nama menjadi IPM, tetapi perubahan nama itu secara resmi dilaksanakan pada saat Muktamar XVI IRM 2008 di Solo. Konsolidasi gerakan diperkuat lagi pada Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) IRM di Makassar, 26-29 Januari 2008 (sebelum Muktamar XVI di Solo) untuk menata konstitusi baru IPM. Maka dari itu, nama IPM disyahkan secara resmi pada tanggal 28 Oktober 2008 di Solo.

Hizbul Wathan

Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (disingkat HW) adalah salah satu organisasi otonom (ortom) di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah. Ortom Muhammadiyah lainnya adalah: 'Aisyiyah, Nasyiatul 'Aisyiyah (NA), Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM).
HW didirikan pertama kali di Yogyakarta pada 1336 H (1918 M) atas prakarsa KH Ahmad Dahlan, yang merupakan pendiri Muhammadiyah. Prakarsa itu timbul saat dia selesai memberi pengajian di Solo, dan melihat latihan Pandu di alun-alun Mangkunegaran. Gerakan ini kemudian meleburkan diri ke dalam Gerakan Pramuka pada 1961, dan dibangkitkan kembali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan SK Nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 tanggal 10 Sya'ban 1420 H (18 November 1999 M) dan dipertegas dengan SK Nomor 10/Kep/I.O/B/2003 tanggal 1 Dzulhijjah 1423 H (2 Februari 2003)
HW berasaskan Islam. HW didirikan untuk menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda yang memiliki aqidah, mental dan fisik, berilmu dan berteknologi serta berakhlak karimah dengan tujuan terwujudnya pribadi muslim yang sebenar-benarnya dan siap menjadi kader persyarikatan, umat, dan bangsa.

Sifat, Identitas dan ciri khas HW

Sifat HW

HW adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja, dan pemuda di luar lingkungan keluarga dan sekolah
  • bersifat nasional, artinya ruang lingkup usaha HW meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Repulik Indonesia.
  • bersifat terbuka, artinya keanggotaan HW terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat, tanpa membedakan gender, usia, profesi, atau latar belakang pendidikan. Penggolongan keanggotaan HW menurut usia hanyalah untuk membedakan status sebagai peserta didik atau anggota dewasa (pembina)
  • bersifat sukarela, artinya dasar seseorang menjadi anggota HW adalah suka dan rela, tanpa paksaan atau tekanan orang lain.
  • tidak berorientasi pada partai politik, artinya secara organisatoris HW tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik dan HW tidak melakukan aktivitas politik praktis. Induk organisasi HW adalah Persyarikatan Muhammadiyah.

Identitas HW

  1. HW adalah kepanduan islami, artinya pendidikan kepanduan yang dilakukan oleh HW adalah untuk menanamkan aqidah Islam dan membentuk peserta didik berakhlak mulia.
  2. HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya mendidik anak, remaja, dan pemuda dengan sistem kepanduan

Ciri Khas HW

  1. Ciri khas HW adalah Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode Kepanduan, yang harus diterapkan dalam setiap kegiatan. Pelaksanaannya disesuaikan kepentingan, kebutuhan, situasi, kondisi masyarakat, serta kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah.
  2. Prinsip Dasar Kepanduan adalah
    1. pengamalan akidah Islamiyah;
    2. pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaran Islam;
    3. pengamalan kode kehormatan pandu.
  3. Metode Kepanduan
    1. pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu;
    2. kegiatan dilakukan di alam terbuka;
    3. pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang;
    4. penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan;
    5. sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.

Janji Pandu Athfal

Mengingat harga perkataan saya, maka saya berjanji dengan sungguh-sungguh:
Satu, setia mengerjakan kewajiban saya terhadap Allah.
Dua, selalu menurut Undang-undang Athfal dan setiap hari berbuat kebajikan.

Undang-Undang Pandu Hizbul Wathan

'satu' Pandu Hizbul Wathan itu Selamanya dapat dipercaya
'dua' Pandu Hizbul Wathan itu Setiawan
'tiga' Pandu Hizbul Wathan itu Siap Menolong dan wajib berjasa
'empat' Pandu Hizbul Wathan itu suka perdamaian dan persaudaraan
'lima' Pandu Hizbul Wathan itu mengerti Adat, sopan, santun dan perwira
'enam' Pandu Hizbul Wathan itu menyayangi kepada semua makhluk
'tujuh' Pandu Hizbul Wathan itu siap melaksanakan perintah tanpa membantah
'delapan' Pandu Hizbul Wathan itu sabar dan permaaf
'sembilan' Pandu Hizbul Wathan itu teliti dan hemat

'sepuluh' Pandu Hizbul Wathan itu suci hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan

Sejarah Berdiri

A.   SEJARAH MADRASAH
Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong mempunyai akar sejarah perkembangan yang lumayan panjang. Sebelum lembaga pendidikan formal ini berdiri, telah berdiri terlebih dahulu Pondok Pesantren Darul A’dham yang merupakan cikal bakal terbentuknya Madrasah  Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong. Karena keterkaitannya yang sangat erat sangat mustahil menulis sejarah perkembangan madrasah ini tanpa mengulas sejarah berdirinya pondok pesantren Darul A’dham. Guna  mempermudah pemahaman, dalam laporan ini kami pisahkan menjadi dua bagian yaitu sejarah berdirinya pondok Pesantren Darul A’dham dan sejarah pendirian serta perkembangan Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong.
Tetapi sebelum masuk dalam sejarah dan perkembangan berdirinya Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong, penulisan sejarah ini akan masuk pada sejarah berdirinya Madrasah Aliyah Muhamamdiyah 2 Yanggong sebab merupakan embrio berdirnya MTs Muhammadiyah Yanggong yang tidak bisa dipisahkan dari akan sejarah yang bermula dari pondok darul a’dham. Berikut perjalanan sejarah tersebut.
              A.1    Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darul A’dham
1.    Pendiri Pondok Pesantren
Setiap pendirian lembaga pendidikan sudah barang tentu ada pendirinya. Begitu pula dengan Pondok Pesantren Darul A’dham Yanggong. Pondok pesantren ini didirikan oleh K. Abdul Alim yang masih merupakan keturunan darah biru yaitu keturunan kesepuluh dari Sultan Rachmat Ngampel(Sunan Ampel) Surabaya.
K. Abdul Alim dilahirkan di Majasem desa Madusari Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo pada tahun 1842 Masehi. Sejak kecil beliau telah banyak belajar ilmu-ilmu agama seperti membaca Al-Qur’an, Tafsir, Fiqih, Ushuludin, Hadits dll. Selain belajar ilmu-ilmu agama beliau juga belajar ilmu kanuragan dan ilmu politik dari ayahandanya sendiri. Setelah menikah dengan putri dari Kepel, Carangrejo, Sampung. Beliau sempat berpindah-pindah dan menyebarkan ilmu agama di beberapa tempat sebelum akhirnya bertempat akhirnya bertempat tinggal di Yanggong.
Sebelum pondok Darul A’dham  berdiri, pada awalnya tempat berdirinya pondok pesantren ini berupa hutan belantara yang dikenal dengan hutan Yanggong. Yanggong sendiri berasal dari bahasa jawa “Sanggong” yang berarti suatu tempat untuk mengintai binatang buruan. Hutan yanggong sebenarnya dua kali dibuka. Yang pertama oleh K. Moh. Ngarib. Tak lama kemudian keluarga ini mengalami penyerbuan oleh penjahat yang merebut semua hak miliknya. Akhirnya beliau meninggalkan tempat tinggalnya dan berpindah ke tempat  lain sehingga tempat tersebut menjadi hutan kembali selama kurang lebih 50 tahun. Kemudian datanglah K. Abdul Alim dan para santrinya untuk menebang hutan Yanggong dan mendirikan pemukiman baru.
Pada tahun 1872 M, K. Abdul Alim mendirikan Pondok Pesantren, dengan ditandai  surau, dan asrama yang diberi nama Darul A’dham. Santri di ponok pesantren ini berjumlah 40 orang. Kemudian pondok ini semakin berkembang sehingga mengkhawatirkan pihak Belanda yang waktu itu menjajah Indonesia. Tapi karena dikelilingi oleh hutan bamboo yang lebat, pihak Belanda tidak mampu menemukan Pondok Pesantren ini.
2.     Perkembangan Pondok Pesantren
Pondok pesantren Darul A’dham sejak berdiri hingga sekarang telah berganti Pimpinan/Kyai sebanyak lima kali. Adapun kelima Pimpinan itu ialah:
1.    K. Abdul Alim
2.    K. H Muhammad Bisri
3.    K. Djalaludin Machali
4.    K.H Sayuti Hadi Kusna
5.    K. H Badar Tamami
Materi Pendidikan di Pondok Pesantren Darul A’dham mengalami tiga kali Perubahan yaitu:
a.    Pada masa kepemimpinan K. Abdul Alim dan K. H Moh Bisri (1872-1941)
Pada masa ini materi yang di ajarkan adalah membaca Al Quran, Tafsir, Fiqh, Hadits, Nahwu/Sharaf dan Ilmu Kanuragan. Pada masa K.H Moh Bisri ilmu kanuragan tidak lagi diajarkan tetapi beliau menambah materi Syari’ah dan Aqidah Islam yang dipertegas. Beliau melarang adanya Bid’ah, Khurafat, dan Takhayul dalam Aqidah Islam. Karena latar belakangnya yang ahli Tafsir, pada masa K.H Moh Bisri terjadi pemahaman Islam yang mendalam.
b.     Pada masa kepemimpinan K.H Djalaludin Machali (1941-1947)
Walau hanya sempat memimpin selama 6 tahun, K.H Djalaluddin Machalli memberi perubahan yang sangat besar yaitu model pendidikan yang sebelumnya salafiyah mulai dibuat lebih modern dengan adanya Madrasah Diniyah malam yang diberi nama “Madrasah Amalan Sholihan (A.S)’’
Pada tahun 1947 jumlah santri sudah mencapai 300 orang. Akan tetapi karena adanya gangguan keamanan yang terus menerus akhirnya K.H Djalaluddin Machali meninggalkan Pondok Pesantren beserta seluruhnya asetnya tanpa kesan dan pesan apapun sehingga para santrinya satu persatu pergi karena gangguan keamanan tak kunjung henti. Pada akhir tahun 1948 Pondok Pesantren ini vakum, tidak ada kegiatan sama sekali.
c.    Pada masa kepemimpinan K. H sayuti Hadi Kusna dan H. M Badar Tamami (1954-sekarang).
Pada awal 1954 K.H Sayuti Hadi Kusna dan para tokoh lain seperti Moh. Idris Joyo Sudarmo, H. Agus Thoyyib, H. Dasuki Rowi dan Bapak Muniran kembali mengaktifkan kegiatan Islam di Yanggong. Pada tahunitu juga berdiri Kepengurusan Ranting Muhammadiyah di Yanggong. Sejak saat itu Pondok Pesantren dihidupkan kembali. Bahkan kemudian Bapak Sayuti Hadi Kusna menjadi Ketua Ranting Muhammadiyah Yanggong sekaligus ditunjuk sebagai pimpinan Pondok Pesantren Darul A’dham yang telah direvitalisasi.
Sejak saat itulah model pendidikan diubah dari yang tadinya salafiyah menjadi modern. Peran Organisasi Muhammadiyah dan Ortonomnya sangat membantu perintisan pendidikan modern di Yanggong. Sejak saat itu cikal bakal Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong mulai terbentuk.
              B.1    Sejarah Pendirian Dan Perkembangan MTs Muhammadiyah 3 Yanggong
Awal mula pendidikan formal di Yanggong masih berupa Madrasah Diniyah Malam yang tenaga pengajarnya adalah K. H Sayuti Hadi Kusna, Bapak Suradji dan Bapak Abdur Rahman. Materinya pelajarannya adalah fiqih, baca tulis Al-Qur’an, menulis huruf hijaiyah, tajwid, aqiqah islam dan bahasa arab. Sistem mengajarnya sudah klasikal namun belum ada kenaikan kelas. Keadaan seperti ini berjalan ini berjalan hingga tahun 1956.
Pada tahun 1957 mengalami sedikit kemajuan dengan dikenalnya sistem kenaikan kelas dan proses belajar mengajar sore hari. Hal ini berlangsung hingga tahun 1960.
Peristiwa yang cukup penting terjadi pada tahun 1963 tepatnya tanggal 1 Maret 1963 dengan didirikannya Madrasah Wajib Belajar (MWB) yang materi pendidikannya sudah mengacu pada Departemen Agama yaitu 75% pelajaran agama dan 25% pelajaran umum.
Tahun 1964 Departemen Agama memberlakukan peraturan baru yaitu Madrasah Wajib Belajar harus diubah menjadi Madrasah Ibtidaiyah (MI). Setahun kemudian, tepatnya tahun 1965, sudah mendapatkan bantuan guru dari Departemen Agama.
Pendidikan merupakan kunci utama menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan bekal ilmu pengetahuan yang banyak seseorang akan lebih bijak dalam menjalani hidup dan melaksanakan tugas kekhalifahan di bumi. Ilmu Pengetahuan dan Iman yang kuat akan menjadikan manusia insan yang kuat akan menjadikan manusia insan yang utama. Kesadaran seperti ini telah tertanam dalam benak masyarakat Yanggong khususnya warga Persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiah. Kesadaran tersebut mendorong keinginan untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik bagi tunas bangsa guna menghadapi kemajuan zaman.
Bersamaan dengan pencanangan Repelita 1 di Jakarta, warga Muhammadiyah dan Aisyiah Yanggong pada 1 April 1969 mengadakan Apel Pencanangan Pendirian Lembaga Pendidikan Lanjutan. Setelah pencanangan tersebut terjadi diskusi dan pembicaraan serius terutama oleh tiga orang tokoh yang sangat menginginkan segera terwujudnya lembaga pendidikan lanjutan. Ketiga orang tersebut adalah:
1.    K.H Sayuti Hadi Kusna
2.    Munadji
3.    Kasan Duriyat
Ketiga tokoh tersebut merupakan konseptor dan perencana pendirian lembaga pendidikan lanjutan.
Maka pada tanggal 5 Januari 1970 secara resmi berdiri sebuah lembaga pendidikan formal yang diberi nama “Mualimin Mualimat Muhammadiyah Yanggong”. Peresmian tersebut dihadiri pejabat dari Departemen Agama Kabupaten Ponorogo, tokoh Muhammadiyah dan Aisyiah  Yanggong.
Pada awal berdirinya, kegiatan belajar mengajar dilaksanakan di kediaman
K. H Sayuti Hadi Kusna. Proses Belajar mengajar berlangsung pagi hari. Siswa-siswa angkatan pertama berjumlah pertama berjumlah 18 orang dengan tenaga pengajar 12 orang. Materi pendidikan sudah mengacu pada kurikulum yang ditetapkan Departemen Agama.
Mualimin Mualimat Muhammadiyah Yanggong sejak awal sudah berdiri sudah menetapkan peraturan wajib berjilbab bagi para siswinya. Sekolah ini mungkin adalah lembaga pendidikan formal pertama di Kabupaten Ponorogo yang pertama kali menerapkan peraturan wajib berjilbab bagi para siswinya. Sekolah ini mungkin adalah lembaga pendidikan formal pertama di Kabupaten Ponorogo yang pertama kali menerapkan peraturan wajib berjilbab. Sekolah ini mempunyai jenjang pendidikan 6 tahun. Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari hari Sabtu hingga Kamis. Hari liburnya adalah hari Jum’at. Libur hari Jum’at masih berlaku hingga saat ini. Pada tahun 1973 kegiatan belajar mengajar dialihkan di serambi masjid Darul A’dham.
Pada tahun 1974 Mualimin Mualimat Muhammadiyah Yanggong menyelenggarakann ujian persamaan PGAN 4 tahun. Pada tahun ini juga Mualimin Mualimat mulai menempati ruang kelasnya sendiri. Tahun 1976 sekolah ini kembali menyelenggarakan ujian persamaan PGAN 6 tahun. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan membuat lembaga ini bisa terus eksis berdiri dalam rangka turut mencerdaskan bangsa.
Seiring dengan terbitnya Surat Keputusan bersama (SKB) tiga menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maka Madrasah Mualimin Mualimat pun mengadakan perombakan. Sesuai dengan peraturan tersebut maka pada tahun 1978 Mualimin Mualimat muhammadiyah dipecah menjadi 2 sekolahan yaitu Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggongdan Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2 Yanggong. Materi pendidikan yang diajarkan juga sesuai dengan kurikulum Departemen Agama. Hanya saja dari materi yang ada pihak sekolah mengambil kebijakan agar pendidikan agama tetap mendominasi kegiatan belajar mengajar di madrasah ini.
Sejak tahun 1978 sampai sekarang nama  Madrasah ini tidak berubah. Madrasah ini berada dibawah naungan Organisasi Muhammadiyah dan dibina oleh Pengurus Daerah Muhammadiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhmmadiyah.
Karena dibawah naungan Muhammadiyah maka Organisasi Intra Sekolah pun bernuansa KeMuhammadiyahan. Saat ini di sekolah ini ada tiga Organisasi  Intra Sekolah yaitu OSIS, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan Organisasi kepanduan Hisbul Wathan (HW).
Seiring dengan perjalanan waktu, sarana dan prasarana disekolah ini semakin maju. Berikut adalah keberhasilan  Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong dalam mengembangkan sarana prasarana:
Tahun 1970       dimulainya pembangunan gedung Mualimin.
Tahun 1978       membangun gedung MTs sebanyak 2 ruang.
Tahun 1979       membangun kantor guru sebanyak 1 ruang.
Tahun 1984       membangun asrama sebanyak 4 ruang.
Tahun1990        merenovasi masjid
Tahun 1997       membangun local kelas 1 ruang.

Tahun 2002       membangun gedung untuk perpustakaan dan Laboratorium komputer, sebanyak 2 ruang. Saat ini madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 terus meningkatkan mutu guna memberikan bekal yang sebaik-baiknya bagi para siswanya. Dengan semangat menegakan amar ma’ruf nahi munkar kedepan sekolah ini ingin berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikann pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat sekitar. 

Saturday, April 25, 2015

Program Pelaporan BOS Alpeka

Silakan Download Disini

Sunday, April 19, 2015

Aksioma Tingkat Prop. Jawa Timur

Menjadi salah satu peserta yang mewakili Kabupaten Ponorogo dalam Kegiatan AKSIOMA Tahun 2015 Tingkat Propinsi  Jawa Timur
Mas Anang


Tuesday, April 14, 2015

Adaptor 12 Volt non Trafo


Thursday, April 9, 2015

Kumpulan Software Gratis

1. Addins Change Case for Excel Download
2. Activator Win 8 Download
3. Pembelajaran Tajwid Interaktif Download
4. Software Easy Chord Pencari Cord Guitar Download

Tuesday, April 7, 2015

PPDB Tahun Pelajaran 2015/2016

INFO PENDAFTARAN

Pendaftaran dibuka sejak edarnya pengumuman ini, adapun syarat pendaftaran sebagaimana berikut :

  1. Mengisi Formulir Pendaftaran
  2. Menyerahkan STB dan SHUN asli atau Surat Keterangan Lulus dari Sekolah Asal apabila belum terbit STB dan SHUN
  3. Menyerahkan Foto Kopi Kartu Keluarga
  4. Menyerahkan Foto Kopi Kartu NISN
  5. Menyerahkan Foto Kopi Kartu Perlindungan Sosial (KPS) | Jika ada
  6. Menyerahkan Foto Kopi Kartu BSM | Jika ada
  7. Menyerahkan Foto Kopi Kartu PKH | JIka ada
  8. Menyerahkan Foto Kopi Kartu KIP | Jika ada
Semua berkas dimasukan dalam stopmap dan diserahkan kepada petugas pendaftaran pada jam kerja. foto diri menyusul saat sudah memasuki tahun pelajaran


Wednesday, April 1, 2015

Profil Pendidik

No
Nama
L/P
SK Terakhir
Tempat, tgl lahir
Pendidikan
Mengajar
Tugas Tambahan
Ket
1
Drs. Sahroini, M.Pd.I
L
221/KEP/III.0/D/2014
Po, 04-06-1963
S2 / MPI / 07
Qur’an Hadits
Ka. Madrasah
DPK
2
Djahuri
L
222/KEP/III.0/D/2014
Po, 09-01-1957
PGA 6 Thn
IPA
Waka. Sarpras
GTY
3
Mahfud, S.Pd.I
L
234/KEP/III.0/D/2014
Po, 06-10-1965
S1/ PAI / 01
Kemuh
Bendahara
GTY
4
Jono, S.Pd.I
L
253/KEP/III.0/D/2014
Wngri, 18-02-1968
S1/ PAI / 01
Matematika

GTT
5
Kamal Dumairi, S.Pd
L
225/KEP/III.0/D/2014
Po, 06-02-1972
S1 / B. Ing / 99
B. Inggris
Wali Klas IX
DPK
6
Muhadi, S.Pd.I
L
226/KEP/III.0/D/2014
Wngri, 15-07-1973
S1 / PAI / 03
Fiqih
Waka. Kesiswaan
GTY
7
Joko Susilo, S.E
L
248/KEP/III.0/D/2014
Po, 04-04-1978
S1 / Eko / 05
Ekonomi

GTT
8
Susri Erni, S.Ag
P
227/KEP/III.0/D/2014
Pctn, 20-03-1972
S1 / PAI / 00
Aqidah Akh
Wali Klas VIIb
GTY
9
Muhtarom, S.IP
L
229/KEP/III.0/D/2014
Po, 05-10-1981
S1/ IP / 08
Pkn
Ka. TU
GTY
10
Ana Rohmawati, S.Pd
P
230/KEP/III.0/D/2014
Po, 14-05-1977
S1/B. Indo / 07
B. Indonesia
Wali Kelas VIIIa
GTT
11
Fiska Yulianawati, S.Pd.I
P
235/KEP/III.0/D/2014
Po, 26-07-1991
S1/PAI
SKI
Staff TU
GTY
12
Syahri Al Huda, S.Pd.I
L
233/KEP/III.0/D/2014
Po, 23-05-1987
S1 / PAI
TIK
Staff TU
GTY
13
Abdul Ghoni Mahmudi
L
231/KEP/III.0/D/2014
Po, 09-09-1991
SLTA / IPS / 10
Penjaskes
Staff TU
GTY
14
Siti Ngaisah, S.Pd.I
P
232/KEP/III.0/D/2014
Po, 22-03-1980
S1 / PAI
SKI

GTY
14
Puji Lestari, S.Pd
P
249/KEP/III.0/D/2014
Po, 03-05-1991
S1/Matematika
Matematika

GTY
15
Muhammad Muzakki, S.Pd.I
L
248/KEP/III.0/D/2014
Situbondo, 22-01-1992
S1/PAI
Mulok

GTY
16
Nisa’ul Mubarokah, S.Pd
P
245/KEP/III.0/D/2014
Po, 30-05-1984
S1/Biologi
IPA

GTT