Pages

Friday, June 26, 2015

PERAN KAUM MUDA UNTUK STRATEGI PERGERAKAN PERSYARIKATAN Oleh : Abdul Ghoni Mahmudi, S.Pd

Pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul ketika berbicara strategi pergerakan adalah (i) bagaimana cara agar eksistensi pergerakan Muhammadiyah ke depan tetap terjaga, (ii) bagaimana cara membangkitkan semangat warga Muhammadiyah untuk turut serta dalam dakwah persyarikatan, (iii) bagaimana cara membuat strategi pergerakan persyarikatan yang kreatif dan iovatif sehingga antusias warga menjadi semakin besar. Hal itu, jika diperpanjang bisa memunculkan banyak pertanyaan-pertanyaan lagi, mengingat tantangan pergerakan persyarikatan Muhammadiyah semakin hari semakin berat.
Tantangan-tantangan dari dalam maupun dari luar semakin terasa dalam proses pergerakan persyarikatan. Jika hal ini dibiarkan berlarut tentunya akan terjadi masalah melemahnya nilai-nilai persyarikatan yang sejak dulu diperjuangkan oleh tokoh-tokoh terbaik Muhammadiyah. Mau ataupun tidak mau perubahan zaman yang semakin kompleks menuntut kita untuk mengikuti kemanapun arahnya. Kalau tidak bisa menyesuaikan dan menyikapi, maka bukan hanya dampak positifnya yang akan mengenai kita, melainkan juga dampak negatifnya.
Mengapa seolah kita kualahan menghadapi masalah ini? Jawabannya barangkali karena tradisi dan kultur strategi pergerakan persyarikatan bukanlah strategi yang berkualitas, tetapi kultur air sungai yang hanya ikhlas mengalir lewat liuk sungai yang terbangun. Hal ini, menjadi awal penyebab kurang berkualitasnya strategi pergerakan di satu sisi, dan pada sisi lain berakibat pada ketidakberkualitas  strategi yang dihasilkannya.untuk inilah, maka penting memikirkan strategi pergerakan yang bersifat dinamis dan berkualitas.
Berbicara masalah strategi pergerakan persyarikatan, sebenarnya sudah tersusun rapi sejak dulu. Namun, pada kenyataannya pelaksanaan di lapangan masih terdapat hambatan dan sering terjadi benturan-benturan. Banyak kepala, tentu banyak pemikiran-pemikiran yang berbeda. Apalagi jika di dalam pemikiran tersebut terdapat kepentingan pribadi yang ingin diterapkan dalam sebuah strategi tersebut. Mengharapkan terciptanya strategi yang bisa dilaksanakan dengan baik, rasanya tidak mungkin. Untuk itu, melihat peluang seiring berubahnya zaman dan memaksimalkan kompetensi yang dimiliki merupakan pilihan utama. Lalu, bagaimana caranya melihat peluang dan memaksimalkan kompetensi yang dimiliki?
Muhammadiyah merupakan organisasi yang sudah berdiri lama, punya banyak amal usaha, punya orang-orang hebat, punya masa dan simpatisan dimana-mana yang selalu siap mendukung pergrakan persyarikatan. Jika Muhammadiyah mampu mengakomodir semuanya, tentunya bukan hal yang mustahil akan mampu melakukan pergerakan yang berkualitas. Salah satu aset berharga yang dimiliki Muhammadiyah untuk melanjutkan pergerakan adalah kaum muda. Ortom seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA), Hizbul Wathan (HW), Tapak Suci, dan Pemuda Muhammadiyah mempunyai anggota yang banyak dan masih berusia produktif. Siapa yang meragukan kemampuan dan ketangguhan kaum muda? Semua orang mengakui bahwa kaum muda mempunyai kemampuan untuk dapat berbuat sesuatu yang lebih. Tenaga kaum muda masih energik dan pemikiran-pemikiran serta gagasan-gagasannya sangat kreatif. Apalagi di dalam Muhammadiyah, kemampuan dan kreativitasnya terwadahi oleh ortom-ortom yang dimiliki persyarikatan.
Sudah saatnya Muhammadiyah melirik kaum muda dalam menjalankan strategi pergerakan yang dicita-citakan oleh para tokoh serta pendiri persyarikatan ini. Tanpa mengesampingkan peran yang tua dalam menjalankan strategi pergerakan, utamanya syiar dan dakwah Muhammadiyah, memang harus diakui bahwa yang tua memang dari segi tenaga dan pemikiran akan lebih lamban atau bahkan sulit berkembang mengikuti perkembangan jaman yang syarat akan tantangan. Dengan memberi peran kaum muda dalam strategi-strategi pergerakan, seperti di bidang kepemimpinan, kepengurusan maupun semua yang ada di amal usaha Muhammadiyah, maka hal-hal baru dan inovatif akan muncul. Namun, tentunya para kaum tua juga harus ikut serta memantau setiap langkah kaum muda.
Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan. Ungkapan ini begitu masyhur dan telah menjadi nyata. Selain itu juga adanya sebuah pernyataan bahwa masa depan terletak di genggaman para pemuda. Artinya, baik buruknya suatu umat di masa datang di tentukan oleh baik buruknya pemuda di masa kini. Ungkapan tersebutlah yang menjadi barometer dan standarisasi dalam pembinaan dan mendidik generasi muda untuk melanjutkan estafet perjuangan.
Pemuda merupakan pilar kebangkitan umat. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar panji-panjinya. Dengan demikian, maka sungguh banyak kewajiban pemuda, tanggung jawab, dan semakin berlipat, hak-hak umat yang harus ditunaikan oleh para pemuda. Pemuda dituntut untuk berfikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk menjadi penyelamat dan hendaknya mampu menunaikan hak-hak umat dengan baik. Dengan kata lain, pemuda sesungguhnya dituntut untuk mendidik dirinya menjadi pemuda yang memiliki jiwa-jiwa pemimpin. Hal ini, tentunya harus menjadi perhatian Muhammadiyah dalam memantau, membimbing, serta memberi kesempatan para kaum muda.
Ada dua hal yang menonjol pada diri pemuda dalam sebuah gerakan. Pertama, kedudukannya sebagai basis operasional, dan kedua, perannya dalam proses kaderisasi. Kekuatan dan kesemangatan membuat pemuda menjadi sangat cocok bagi peran operasional yang membutuhkan energi besar. Sedangkan kepolosannya memudahkan para penggerak untuk menanamkan nilai-nilai yang akan memotivasi aktivitas gerakan.
Potensi kepemudaan ini sangat dihargai di semua lini kehidupan terlebih menurut islam. Arahan bagi para pemuda untuk menyalurkan potensinya kepada kebaikan yang sejati. Kebaikan yang akan membuat mereka jaya di dunia dan juga di akhirat. Berhamba hanya kepada Allah, berjuang hanya untuk kejayaan Islam, bekerja keras hanya untuk menegakkan kebenaran yang sejati, dan mengabdikan diri untuk kemajuan pergerakan persyarikatan. Inilah jalan hidup kaum muda Muhammadiyah yang berharga.
Ada beberapa kelebihan kaum muda Muhammadiyah yang nantinya bisa dijadikan sebagai estafet kepemimpian serta pelaku dan penerus strategi pergerakan muhammadiyah.
1.      Jiwa Kepemimpinan
Pemimpin dalam sebuah organisasi, ibarat kepala bagi tubuh. Inilah yang menentukan seluruh tujuan dan disini pula tempat berkumpulnya segala macam informasi. Pemimpin bertugas memikirkan, dan mengkaji setiap masalah yang dihadapi oleh apa yang telah ia pimpin. Pemimpin juga merupakan lambang kekuatan, persatuan, keutuhan dan disiplin.
Seorang bijak pernah mengatakan: “Pemimpin yang baik adalah yang mampu membantu memecahkan kesulitan mereka yang dipimpin serta mempersiapkan calon atau kader pemimpin yang nanti akan menggantikannya.” Disinilah pemimpin diharapkan mampu melakuakan perubahan baik bagi dirinya maupun orang lain dan yang dipimpinnya menuju kearah kebaikan.
Kepemimpinan pemuda pada masa kecemerlangan Islam dan masa abad ke-20 dan berbagai kenyataan menunjukkan bahwa sebagian besar peristiwa yang telah lalu banyak dipengaruhi oleh mereka yang tergolong pemuda. Hampir seluruh gerakan di dunia, sejak zaman purba hingga zaman satelit ini, pemuda memiliki peran yang cukup signifikan. Bahkan ketika Islam mencetuskan gerakan dakwahnya belasan abad yang silam. Kepemimpinan itu telah ada dari zaman Rasulullah SAW hingga kini.
Sebagai salah satu acuan pada zaman tabi’it tabi’in. Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu contoh sosok pemuda yang berhasil dalam memimpin di masanya.
Telah diriwayatkan bahwa sosok Umar bin Abdul Aziz menghadirkan pribadi yang sungguh luarbiasa. Hal itu dapat terlihat dari kesucian jiwanya dan keagungan jejak hidupnya. Walaupun Umar bin Abdul Aziz tidak hidup pada masa diturunkannya wahyu namun ia mencoba mamindahkan masa wahyu itu kepada masanya, yaitu masa-masa yang penuh dengan kegelapan, penindasan dan diwarnai oleh fanatisme yang membabi buta.
Pada masa itu, Umar bin Abdul Aziz mampu merubah tradisi Daulat Bani Umayyah yang rendah yang telah berlalu selama 60 tahun, menjadi masa pemerintahan yang indah, baik, adil, dan sejahtera yang mirip dengan masa Rasulullah SAW.
Dalam hal tersebut yang ia habiskan hanya memakan waktu dua tahun lima bulan dan beberapa hari saja. Keistimewaan dirinya inilah membuat Umar bin Abdul Aziz dan sejarah perjuangannya lebih mirip legenda daripada fakta.
Umar bin Abdul Aziz menerima kekuasaan sebagai khalifah dikala ia masih muda. Saat itu usianya belum mencapai 35 tahun. Suasana yang ditemui Umar bin Abdul Aziz diawal kekhalifahannya telah memaksanya untuk menumpahkan perhatiannya yang lebih besar terhadap hak-hak manusia.
Peran pemimpin tersebutlah yang layak direvitalisasi kembali dengan baik dan benar khususnya bagi kaum muda, karena merekalah yang akan menjadi teladan konkrit bagi masyarakat kontemporer dalam mewujudkan tujuan mulia dan cita-cita Muhammadiyah. Anggapan bahwa kaum muda masih labil, nampaknya sudah harus ditangguhkan dengan melihat lebih dalam kepada kader-kader yang lahir dari binaan organisasi otonom maupun amal usaha Muhammadiyah lainnya seperti sekolah, ponodok pesantren dan universitas.
2.      Kekuatan dan Peran Pemuda Terhadap Perubahan
Perubahan yang diinginkan bersama dalam Muhammadiyah adalah perubahan yang komprehensif dan substantif, meliputi seluruh bidang kehidupan dan sisi normatif bagi seluruh umat. Bukan sekedar perubahan yang sifatnya parsial dan hanya menjadi solusi sesaat, yang pada akhirnya akan kembali melahirkan masalah-masalah baru. Untuk itulah sangat dibutuhkannya peran kaum muda yang bersungguh-sungguh dalam melakukan perubahan.
Ada kontribusi lain yang bisa diberikan kepada Islam dan persyarikatan ini, yaitu tenaga dan amal nyata yang dilakukan oleh para pemuda. Seorang mukmin dalam perspektif Al-Qur’an digambarkan sebagai manusia yang dinamis, progresif dan produktif. Dia senantiasa memiliki daya juang dan daya dobrak dalam menebarkan nilai-nilai kebenaran yang telah diyakininya. Begitu juga memiliki prinsip istiqomah dalam amanah yang telah dipikulnya. Bekerja adalah budayanya, berkorban adalah nalurinya dan fitrahnya adalah keberanian.
Selalu tegar dan tidak pernah gentar dalam menebarkan nilai kebenaran dan kebaikan. Beramal dan bergerak juga merupakan indikator kebaikan hidup bagi seorang pemuda Muhammadiyah. Karena semua yang bergerak dan beramal akan mendatangkan kemashlahatan dan kebaikan.
Sungguh fitrah ini bisa sukses apabila ada umat yangkuat, keikhlasan yang penuh di jalannya, hamasah yang membara dan adanya persiapan yang melahirkan tadhhiat (pengorbanan) dan amal untuk merealisasikannya. Dan hampir-hampir empat pilar ini (iman, ikhlas, hamasah dan amal) merupakan karakteristik bagi para pemuda. Karena dasar keimanan adalah hati yang cerdas, dasar keikhlasan adalah nurani yang suci, dasar hamasah adalah syu’ur yang kuat dan dasar amal adalah ‘azm menggelora.” (Hasan Al Banna).
Oleh karenanya, seorang pemuda tidak akan berpangku tangan tanpa ada partisipasi dalam mewujudkan agenda perubahan umat. Tuntutan bagi para pemuda untuk bergerak dikarenakan bahwa pemuda adalah sosok yang memiliki jiwa intelektualitas. Sebagai entitas masyarakat, pemuda juga berusaha kritis terhadap kondisi masyarakatnya dan berusaha mengungkapkan realitas dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat, dan menyampaikan langsung kepada para penguasa dan mampu mengambil kebijakan. Pada akhirnya pemuda menjadi tumpuan bagi rakyat untuk terus menyuarakan perubahan.
Muhammadiyah tidak kekurangan kader muda yang mempunyai kekuatan terhadap perubahan. Setiap tahun banyak kaum intelektualitas mudah yang diluluskan oleh kampus-kampus dan sekolah-sekolah Muhammadiyah. Mereka mampu dan mempunyai kekuatan. Hanya saja, kadang mereka belum punya kesempatan untuk mengamalkan ilmu dan pemikirannya untuk turut serta dalam strategi pergerakan persyarikatan.
3.      Harapan, Peluang dan Tantangan Kepemimpinan Pemuda
Sebuah proses perubahan sangat dipengaruhi oleh pemimpin. Terlebih lagi dalam struktur dan budaya sosial yang paternalistik. Untuk dapat mewujudkan masyarakat yang beradab, bangsa ini harus memiliki pemimpin yang amanah, mau bekerja keras, dan mampu mengarahkan serta menggerakkan massanya untuk bersama berjuang mencapai cita-cita perjuangannya. Hal inilah yang menjadi harapan bagi seluruh warga Muhammadiyah dan para pemuda.
Kalau dilihat di negara Indonesia, para foundhing fathers telah menetapkan, bahwa perubahan yang harus terjadi adalah terwujudnya kemerdekaan, kebersamaan, ketuhanan yang Maha Esa, krmanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kedaulatan rakyat, dan yang terakhir adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana termaktub dalam konstitusi negara kita. Sebuah cita-cita besar dari sebuah perubahan. Begitu juga dalam Muhammadiyah yang mempunyai cita-cita dan tujuan mulia demi terciptanya masyarakat yang berguna di dunia maupun di akhirat nanti.
Berbagai tantangan telah dilalui, namun perubahan yang diinginkan oleh seluruh umat khususnya rakyat Indonesia dan umumnya para tokoh Muhammadiyah belum banyak yang dapat diwujudkan. Keinginan mendapatkan perubahan tetap terus bersemayam di dalam dada seluruh umat hingga kini. Mereka masih terus menuntut, bergerak, berjuang dan melawan hingga tercapainya perubahan menuju kehidupan yang lebih baik bagi rakyat.
Hal itulah yang menjadi salah satu tantangan bagi para pemuda sebagai pemimpin masa depan. Adapun hal lain yang menjadi tantangan bagi para pemuda dalam melakukan perubahan adalah terkotorinya kepribadian persyarikatan oleh beberapa oknum yang melumpuhkan sendi kekuatannya.
Kepemimpinan untuk saat ini masih menjadi sebuah masalah yang harus terus diasah dan ditingkatkan kualitasnya. Apalagi itu akan menjadi sangat urgen ketika kita mengharapkan kokohnya kepemimpinan yang bisa menampilkan moral dan akhlaq Islami. Kepemimpinan masih menjadi masalah krusial yang kemudian mengakibatkan negeri ini mengalami krisis multidimensi yang parah. Akan tetapi, hal tersebut tidak mustahil terwujud. Kader-kader Muhammadiyah telah digembleng mulai dari kecil dengan mengikuti organisasi pelajar di tingkat ranting. Hal inilah yang menjadi modal besar para pemuda Muhammadiyah untuk melakukan sebuah perubahan.

Kesimpulannya, Pemuda kapanpun dan dimanapun ia berada adalah harapan bagi persyarikatan, masyarakat, dan bangsa. Harapan untuk perbaikan dan kemajuan ada di tangan mereka. Oleh karena itu, idealisme pemuda yang tinggi akan bisa menanggung beban yang diberikan di pundaknya.
Peran pemuda dalam setiap episode sejarah tentu berbeda. Skenario yang akan dimainkan pasti tidak sama karena kebutuhannya pun sudah berbeda dari waktu sebelumnya. Saat ini pemuda bisa menjadi bagian dari official actors dalam proses pengambilan kebijakan dengan cara masuk dalam lingkaran kekuasaan melalui lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif. Kontribusi pemuda juga bisa melalui unofficial actors dengan mempengaruhi kebijakan pemerintah dari luar. Caranya dengan masuk dan berperan dalam partai politik, media massa, kelompok kepentingan atau interest group, organisasi riset atau lembaga penelitian.
Untuk itu, sudah saatnya Muhammadiyah memberi kesempatan kaum muda untuk berkiprah dalam strategi perjuangannya. Dengan begitu semua lini akan mampu membantu serta memberi dukungan terhadap apa yang telah dicita-citakan oleh Muhammadiyah. Sangat disayangkan jika Muhammadiyah membiarkan kader-kadernya hilang begitu saja atau berkembang bukan dalam naungan Muhammadiyah.
Apapun dan bagaimanapun kontribusi pemuda dibutuhkan oleh bangsa dan persyarikatan ini. Kita tidak bisa menilai bahwa yang duduk dalam kekuasaan memiliki kontribusi yang lebih besar daripada mereka yang aktif untuk memberdayakan masyarakat. Jabatan atau kedudukan bukanlah tujuan. Ia hanyalah sarana untuk mencapai tujuan. Orang baik adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat  kepada orang lain. Semoga kita menjadi salah satunya. Kaum muda Muhammadiyah ada untuk bangsa dan akan berkontribusi untuk persyarikatan.

Penulis : Abdul Ghoni Mahmudi