A. SEJARAH
MADRASAH
Madrasah
Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong mempunyai akar sejarah perkembangan yang
lumayan panjang. Sebelum lembaga pendidikan formal ini berdiri, telah berdiri
terlebih dahulu Pondok Pesantren Darul A’dham yang merupakan cikal bakal
terbentuknya Madrasah Tsanawiyah
Muhammadiyah 3 Yanggong. Karena keterkaitannya yang sangat erat sangat mustahil
menulis sejarah perkembangan madrasah ini tanpa mengulas sejarah berdirinya
pondok pesantren Darul A’dham. Guna
mempermudah pemahaman, dalam laporan ini kami pisahkan menjadi dua
bagian yaitu sejarah berdirinya pondok Pesantren Darul A’dham dan sejarah
pendirian serta perkembangan Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggong.
Tetapi
sebelum masuk dalam sejarah dan perkembangan berdirinya Madrasah Tsanawiyah
Muhammadiyah 3 Yanggong, penulisan sejarah ini akan masuk pada sejarah
berdirinya Madrasah Aliyah Muhamamdiyah 2 Yanggong sebab merupakan embrio
berdirnya MTs Muhammadiyah Yanggong yang tidak bisa dipisahkan dari akan
sejarah yang bermula dari pondok darul a’dham. Berikut perjalanan sejarah
tersebut.
A.1 Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darul A’dham
1. Pendiri Pondok Pesantren
Setiap pendirian lembaga
pendidikan sudah barang tentu ada pendirinya. Begitu pula dengan Pondok
Pesantren Darul A’dham Yanggong. Pondok pesantren ini didirikan oleh K. Abdul
Alim yang masih merupakan keturunan darah biru yaitu keturunan kesepuluh dari
Sultan Rachmat Ngampel(Sunan Ampel) Surabaya.
K. Abdul Alim dilahirkan di
Majasem desa Madusari Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo pada tahun 1842
Masehi. Sejak kecil beliau telah banyak belajar ilmu-ilmu agama seperti membaca
Al-Qur’an, Tafsir, Fiqih, Ushuludin, Hadits dll. Selain belajar ilmu-ilmu agama
beliau juga belajar ilmu kanuragan dan ilmu politik dari ayahandanya sendiri.
Setelah menikah dengan putri dari Kepel, Carangrejo, Sampung. Beliau sempat
berpindah-pindah dan menyebarkan ilmu agama di beberapa tempat sebelum akhirnya
bertempat akhirnya bertempat tinggal di Yanggong.
Sebelum pondok Darul
A’dham berdiri, pada awalnya tempat
berdirinya pondok pesantren ini berupa hutan belantara yang dikenal dengan
hutan Yanggong. Yanggong sendiri berasal dari bahasa jawa “Sanggong” yang
berarti suatu tempat untuk mengintai binatang buruan. Hutan yanggong sebenarnya
dua kali dibuka. Yang pertama oleh K. Moh. Ngarib. Tak lama kemudian keluarga
ini mengalami penyerbuan oleh penjahat yang merebut semua hak miliknya.
Akhirnya beliau meninggalkan tempat tinggalnya dan berpindah ke tempat lain sehingga tempat tersebut menjadi hutan
kembali selama kurang lebih 50 tahun. Kemudian datanglah K. Abdul Alim dan para
santrinya untuk menebang hutan Yanggong dan mendirikan pemukiman baru.
Pada tahun 1872 M, K. Abdul
Alim mendirikan Pondok Pesantren, dengan ditandai surau, dan asrama yang diberi nama Darul
A’dham. Santri di ponok pesantren ini berjumlah 40 orang. Kemudian pondok ini
semakin berkembang sehingga mengkhawatirkan pihak Belanda yang waktu itu
menjajah Indonesia. Tapi karena dikelilingi oleh hutan bamboo yang lebat, pihak
Belanda tidak mampu menemukan Pondok Pesantren ini.
2. Perkembangan Pondok Pesantren
Pondok pesantren Darul
A’dham sejak berdiri hingga sekarang telah berganti Pimpinan/Kyai sebanyak lima
kali. Adapun kelima Pimpinan itu ialah:
1. K. Abdul Alim
2. K. H Muhammad Bisri
3. K. Djalaludin Machali
4. K.H Sayuti Hadi Kusna
5. K. H Badar Tamami
Materi Pendidikan di
Pondok Pesantren Darul A’dham mengalami tiga kali Perubahan yaitu:
a. Pada masa kepemimpinan K. Abdul Alim dan K. H
Moh Bisri (1872-1941)
Pada masa ini materi yang di
ajarkan adalah membaca Al Quran, Tafsir, Fiqh, Hadits, Nahwu/Sharaf dan Ilmu
Kanuragan. Pada masa K.H Moh Bisri ilmu kanuragan tidak lagi diajarkan tetapi
beliau menambah materi Syari’ah dan Aqidah Islam yang dipertegas. Beliau
melarang adanya Bid’ah, Khurafat, dan Takhayul dalam Aqidah Islam. Karena latar
belakangnya yang ahli Tafsir, pada masa K.H Moh Bisri terjadi pemahaman Islam
yang mendalam.
b. Pada
masa kepemimpinan K.H Djalaludin Machali (1941-1947)
Walau hanya sempat memimpin
selama 6 tahun, K.H Djalaluddin Machalli memberi perubahan yang sangat besar
yaitu model pendidikan yang sebelumnya salafiyah mulai dibuat lebih modern
dengan adanya Madrasah Diniyah malam yang diberi nama “Madrasah Amalan Sholihan
(A.S)’’
Pada tahun 1947 jumlah
santri sudah mencapai 300 orang. Akan tetapi karena adanya gangguan keamanan
yang terus menerus akhirnya K.H Djalaluddin Machali meninggalkan Pondok
Pesantren beserta seluruhnya asetnya tanpa kesan dan pesan apapun sehingga para
santrinya satu persatu pergi karena gangguan keamanan tak kunjung henti. Pada
akhir tahun 1948 Pondok Pesantren ini vakum, tidak ada kegiatan sama sekali.
c. Pada masa kepemimpinan K. H sayuti Hadi Kusna
dan H. M Badar Tamami (1954-sekarang).
Pada awal 1954 K.H Sayuti
Hadi Kusna dan para tokoh lain seperti Moh. Idris Joyo Sudarmo, H. Agus
Thoyyib, H. Dasuki Rowi dan Bapak Muniran kembali mengaktifkan kegiatan Islam
di Yanggong. Pada tahunitu juga berdiri Kepengurusan Ranting Muhammadiyah di
Yanggong. Sejak saat itu Pondok Pesantren dihidupkan kembali. Bahkan kemudian
Bapak Sayuti Hadi Kusna menjadi Ketua Ranting Muhammadiyah Yanggong sekaligus
ditunjuk sebagai pimpinan Pondok Pesantren Darul A’dham yang telah
direvitalisasi.
Sejak saat itulah model
pendidikan diubah dari yang tadinya salafiyah menjadi modern. Peran Organisasi
Muhammadiyah dan Ortonomnya sangat membantu perintisan pendidikan modern di
Yanggong. Sejak saat itu cikal bakal Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3
Yanggong mulai terbentuk.
B.1 Sejarah Pendirian Dan Perkembangan MTs Muhammadiyah 3 Yanggong
Awal mula pendidikan formal
di Yanggong masih berupa Madrasah Diniyah Malam yang tenaga pengajarnya adalah
K. H Sayuti Hadi Kusna, Bapak Suradji dan Bapak Abdur Rahman. Materinya
pelajarannya adalah fiqih, baca tulis Al-Qur’an, menulis huruf hijaiyah,
tajwid, aqiqah islam dan bahasa arab. Sistem mengajarnya sudah klasikal namun
belum ada kenaikan kelas. Keadaan seperti ini berjalan ini berjalan hingga
tahun 1956.
Pada tahun 1957 mengalami
sedikit kemajuan dengan dikenalnya sistem kenaikan kelas dan proses belajar
mengajar sore hari. Hal ini berlangsung hingga tahun 1960.
Peristiwa yang cukup penting
terjadi pada tahun 1963 tepatnya tanggal 1 Maret 1963 dengan didirikannya
Madrasah Wajib Belajar (MWB) yang materi pendidikannya sudah mengacu pada
Departemen Agama yaitu 75% pelajaran agama dan 25% pelajaran umum.
Tahun 1964 Departemen Agama
memberlakukan peraturan baru yaitu Madrasah Wajib Belajar harus diubah menjadi
Madrasah Ibtidaiyah (MI). Setahun kemudian, tepatnya tahun 1965, sudah
mendapatkan bantuan guru dari Departemen Agama.
Pendidikan merupakan kunci
utama menuju kehidupan yang lebih baik. Dengan bekal ilmu pengetahuan yang
banyak seseorang akan lebih bijak dalam menjalani hidup dan melaksanakan tugas
kekhalifahan di bumi. Ilmu Pengetahuan dan Iman yang kuat akan menjadikan
manusia insan yang kuat akan menjadikan manusia insan yang utama. Kesadaran
seperti ini telah tertanam dalam benak masyarakat Yanggong khususnya warga
Persyarikatan Muhammadiyah dan Aisyiah. Kesadaran tersebut mendorong keinginan
untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik bagi tunas bangsa guna menghadapi
kemajuan zaman.
Bersamaan dengan pencanangan
Repelita 1 di Jakarta, warga Muhammadiyah dan Aisyiah Yanggong pada 1 April
1969 mengadakan Apel Pencanangan Pendirian Lembaga Pendidikan Lanjutan. Setelah
pencanangan tersebut terjadi diskusi dan pembicaraan serius terutama oleh tiga
orang tokoh yang sangat menginginkan segera terwujudnya lembaga pendidikan
lanjutan. Ketiga orang tersebut adalah:
1. K.H Sayuti Hadi Kusna
2. Munadji
3. Kasan Duriyat
Ketiga tokoh tersebut
merupakan konseptor dan perencana pendirian lembaga pendidikan lanjutan.
Maka pada tanggal 5
Januari 1970 secara resmi berdiri sebuah lembaga pendidikan formal yang diberi
nama “Mualimin Mualimat Muhammadiyah Yanggong”. Peresmian tersebut dihadiri
pejabat dari Departemen Agama Kabupaten Ponorogo, tokoh Muhammadiyah dan
Aisyiah Yanggong.
Pada awal berdirinya, kegiatan
belajar mengajar dilaksanakan di kediaman
K. H Sayuti Hadi Kusna.
Proses Belajar mengajar berlangsung pagi hari. Siswa-siswa angkatan pertama
berjumlah pertama berjumlah 18 orang dengan tenaga pengajar 12 orang. Materi
pendidikan sudah mengacu pada kurikulum yang ditetapkan Departemen Agama.
Mualimin Mualimat
Muhammadiyah Yanggong sejak awal sudah berdiri sudah menetapkan peraturan wajib
berjilbab bagi para siswinya. Sekolah ini mungkin adalah lembaga pendidikan
formal pertama di Kabupaten Ponorogo yang pertama kali menerapkan peraturan
wajib berjilbab bagi para siswinya. Sekolah ini mungkin adalah lembaga
pendidikan formal pertama di Kabupaten Ponorogo yang pertama kali menerapkan
peraturan wajib berjilbab. Sekolah ini mempunyai jenjang pendidikan 6 tahun.
Kegiatan belajar mengajar berlangsung dari hari Sabtu hingga Kamis. Hari
liburnya adalah hari Jum’at. Libur hari Jum’at masih berlaku hingga saat ini.
Pada tahun 1973 kegiatan belajar mengajar dialihkan di serambi masjid Darul
A’dham.
Pada tahun 1974 Mualimin
Mualimat Muhammadiyah Yanggong menyelenggarakann ujian persamaan PGAN 4 tahun.
Pada tahun ini juga Mualimin Mualimat mulai menempati ruang kelasnya sendiri.
Tahun 1976 sekolah ini kembali menyelenggarakan ujian persamaan PGAN 6 tahun.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan membuat lembaga ini bisa terus
eksis berdiri dalam rangka turut mencerdaskan bangsa.
Seiring dengan terbitnya
Surat Keputusan bersama (SKB) tiga menteri yaitu Menteri Dalam Negeri, Menteri
Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan maka Madrasah Mualimin Mualimat pun
mengadakan perombakan. Sesuai dengan peraturan tersebut maka pada tahun 1978
Mualimin Mualimat muhammadiyah dipecah menjadi 2 sekolahan yaitu Madrasah
Tsanawiyah Muhammadiyah 3 Yanggongdan Madrasah Aliyah Muhammadiyah 2 Yanggong.
Materi pendidikan yang diajarkan juga sesuai dengan kurikulum Departemen Agama.
Hanya saja dari materi yang ada pihak sekolah mengambil kebijakan agar
pendidikan agama tetap mendominasi kegiatan belajar mengajar di madrasah ini.
Sejak tahun 1978 sampai
sekarang nama Madrasah ini tidak
berubah. Madrasah ini berada dibawah naungan Organisasi Muhammadiyah dan dibina
oleh Pengurus Daerah Muhammadiyah Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Muhmmadiyah.
Karena dibawah naungan
Muhammadiyah maka Organisasi Intra Sekolah pun bernuansa KeMuhammadiyahan. Saat
ini di sekolah ini ada tiga Organisasi
Intra Sekolah yaitu OSIS, Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) dan
Organisasi kepanduan Hisbul Wathan (HW).
Seiring dengan perjalanan
waktu, sarana dan prasarana disekolah ini semakin maju. Berikut adalah keberhasilan
Madrasah Tsanawiyah Muhammadiyah 3
Yanggong dalam mengembangkan sarana prasarana:
Tahun 1970 dimulainya pembangunan gedung Mualimin.
Tahun 1978 membangun gedung MTs sebanyak 2 ruang.
Tahun 1979 membangun kantor guru sebanyak 1 ruang.
Tahun 1984 membangun asrama sebanyak 4 ruang.
Tahun1990 merenovasi masjid
Tahun 1997 membangun local kelas 1 ruang.
Tahun 2002 membangun gedung untuk perpustakaan dan
Laboratorium komputer, sebanyak 2 ruang. Saat ini madrasah Tsanawiyah
Muhammadiyah 3 terus meningkatkan mutu guna memberikan bekal yang
sebaik-baiknya bagi para siswanya. Dengan semangat menegakan amar ma’ruf nahi
munkar kedepan sekolah ini ingin berpartisipasi mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
memberikann pelayanan yang sebaik-baiknya bagi masyarakat sekitar.
MasyaAllah tabarokallah
ReplyDelete