Pertanyaan-pertanyaan yang sering
muncul ketika berbicara strategi pergerakan adalah (i) bagaimana cara agar
eksistensi pergerakan Muhammadiyah ke depan tetap terjaga, (ii) bagaimana cara membangkitkan
semangat warga Muhammadiyah untuk turut serta dalam dakwah persyarikatan, (iii)
bagaimana cara membuat strategi pergerakan persyarikatan yang kreatif dan iovatif
sehingga antusias warga menjadi semakin besar. Hal itu, jika diperpanjang bisa
memunculkan banyak pertanyaan-pertanyaan lagi, mengingat tantangan pergerakan
persyarikatan Muhammadiyah semakin hari semakin berat.
Tantangan-tantangan dari dalam maupun
dari luar semakin terasa dalam proses pergerakan persyarikatan. Jika hal ini
dibiarkan berlarut tentunya akan terjadi masalah melemahnya nilai-nilai
persyarikatan yang sejak dulu diperjuangkan oleh tokoh-tokoh terbaik
Muhammadiyah. Mau ataupun tidak mau perubahan zaman yang semakin kompleks menuntut
kita untuk mengikuti kemanapun arahnya. Kalau tidak bisa menyesuaikan dan
menyikapi, maka bukan hanya dampak positifnya yang akan mengenai kita,
melainkan juga dampak negatifnya.
Mengapa seolah kita kualahan
menghadapi masalah ini? Jawabannya barangkali karena tradisi dan kultur
strategi pergerakan persyarikatan bukanlah strategi yang berkualitas, tetapi kultur air sungai yang
hanya ikhlas mengalir lewat liuk sungai yang terbangun. Hal ini, menjadi awal
penyebab kurang berkualitasnya strategi pergerakan di satu sisi, dan pada sisi
lain berakibat pada ketidakberkualitas
strategi yang dihasilkannya.untuk inilah, maka penting memikirkan
strategi pergerakan yang bersifat dinamis dan berkualitas.
Berbicara masalah strategi pergerakan
persyarikatan, sebenarnya sudah tersusun rapi sejak dulu. Namun, pada
kenyataannya pelaksanaan di lapangan masih terdapat hambatan dan sering terjadi
benturan-benturan. Banyak kepala, tentu banyak pemikiran-pemikiran yang
berbeda. Apalagi jika di dalam pemikiran tersebut terdapat kepentingan pribadi
yang ingin diterapkan dalam sebuah strategi tersebut. Mengharapkan terciptanya
strategi yang bisa dilaksanakan dengan baik, rasanya tidak mungkin. Untuk itu, melihat
peluang seiring berubahnya zaman dan memaksimalkan kompetensi yang dimiliki
merupakan pilihan utama. Lalu, bagaimana caranya melihat peluang dan
memaksimalkan kompetensi yang dimiliki?
Muhammadiyah merupakan organisasi
yang sudah berdiri lama, punya banyak amal usaha, punya orang-orang hebat,
punya masa dan simpatisan dimana-mana yang selalu siap mendukung pergrakan persyarikatan.
Jika Muhammadiyah mampu mengakomodir semuanya, tentunya bukan hal yang mustahil
akan mampu melakukan pergerakan yang berkualitas. Salah satu aset berharga yang
dimiliki Muhammadiyah untuk melanjutkan pergerakan adalah kaum muda. Ortom
seperti Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),
Nasyiatul ‘Aisyiyah (NA), Hizbul Wathan (HW), Tapak Suci, dan Pemuda
Muhammadiyah mempunyai anggota yang banyak dan masih berusia produktif. Siapa
yang meragukan kemampuan dan ketangguhan kaum muda? Semua orang mengakui bahwa
kaum muda mempunyai kemampuan untuk dapat berbuat sesuatu yang lebih. Tenaga
kaum muda masih energik dan pemikiran-pemikiran serta gagasan-gagasannya sangat
kreatif. Apalagi di dalam Muhammadiyah, kemampuan dan kreativitasnya terwadahi
oleh ortom-ortom yang dimiliki persyarikatan.
Sudah saatnya Muhammadiyah melirik
kaum muda dalam menjalankan strategi pergerakan yang dicita-citakan oleh para
tokoh serta pendiri persyarikatan ini. Tanpa mengesampingkan peran yang tua
dalam menjalankan strategi pergerakan, utamanya syiar dan dakwah Muhammadiyah,
memang harus diakui bahwa yang tua memang dari segi tenaga dan pemikiran akan
lebih lamban atau bahkan sulit berkembang mengikuti perkembangan jaman yang
syarat akan tantangan. Dengan memberi peran kaum muda dalam strategi-strategi
pergerakan, seperti di bidang kepemimpinan, kepengurusan maupun semua yang ada
di amal usaha Muhammadiyah, maka hal-hal baru dan inovatif akan muncul. Namun,
tentunya para kaum tua juga harus ikut serta memantau setiap langkah kaum muda.
Pemuda
hari ini adalah pemimpin masa depan. Ungkapan ini begitu masyhur dan telah
menjadi nyata. Selain itu juga adanya sebuah pernyataan bahwa masa depan
terletak di genggaman para pemuda. Artinya, baik buruknya suatu umat di masa
datang di tentukan oleh baik buruknya pemuda di masa kini. Ungkapan tersebutlah
yang menjadi barometer dan standarisasi dalam pembinaan dan mendidik generasi
muda untuk melanjutkan estafet perjuangan.
Pemuda
merupakan pilar kebangkitan umat. Dalam setiap kebangkitan, pemuda merupakan
rahasia kekuatannya. Dalam setiap fikrah, pemuda adalah pengibar
panji-panjinya. Dengan demikian,
maka sungguh banyak kewajiban pemuda, tanggung jawab, dan semakin berlipat,
hak-hak umat yang harus ditunaikan oleh para pemuda. Pemuda dituntut untuk
berfikir panjang, banyak beramal, bijak dalam menentukan sikap, maju untuk
menjadi penyelamat dan hendaknya mampu menunaikan hak-hak umat dengan baik.
Dengan kata lain, pemuda sesungguhnya dituntut untuk mendidik dirinya menjadi
pemuda yang memiliki jiwa-jiwa pemimpin. Hal ini, tentunya harus menjadi
perhatian Muhammadiyah dalam memantau, membimbing, serta memberi kesempatan
para kaum muda.
Ada dua hal yang menonjol pada diri pemuda
dalam sebuah gerakan. Pertama, kedudukannya sebagai basis operasional, dan kedua, perannya dalam proses
kaderisasi. Kekuatan dan kesemangatan membuat pemuda menjadi sangat cocok bagi
peran operasional yang membutuhkan energi besar. Sedangkan kepolosannya
memudahkan para penggerak untuk menanamkan nilai-nilai yang akan memotivasi
aktivitas gerakan.
Potensi kepemudaan ini sangat dihargai di semua lini kehidupan terlebih menurut islam.
Arahan bagi para pemuda untuk menyalurkan potensinya kepada kebaikan yang
sejati. Kebaikan yang akan membuat mereka jaya di dunia dan juga di akhirat.
Berhamba hanya kepada Allah, berjuang hanya untuk kejayaan Islam, bekerja keras
hanya untuk menegakkan kebenaran yang sejati, dan mengabdikan diri untuk
kemajuan pergerakan persyarikatan. Inilah jalan hidup kaum muda Muhammadiyah
yang berharga.
Ada beberapa kelebihan kaum muda Muhammadiyah
yang nantinya bisa dijadikan sebagai estafet kepemimpian serta pelaku dan
penerus strategi pergerakan muhammadiyah.
1.
Jiwa
Kepemimpinan
Pemimpin dalam
sebuah organisasi, ibarat kepala bagi tubuh. Inilah yang menentukan seluruh
tujuan dan disini pula tempat berkumpulnya segala macam informasi. Pemimpin
bertugas memikirkan, dan mengkaji setiap masalah yang dihadapi oleh apa yang
telah ia pimpin. Pemimpin juga merupakan lambang kekuatan, persatuan, keutuhan
dan disiplin.
Seorang bijak
pernah mengatakan: “Pemimpin yang baik adalah yang mampu membantu memecahkan
kesulitan mereka yang dipimpin serta mempersiapkan calon atau kader pemimpin
yang nanti akan menggantikannya.” Disinilah pemimpin diharapkan mampu
melakuakan perubahan baik bagi dirinya maupun orang lain dan yang dipimpinnya
menuju kearah kebaikan.
Kepemimpinan pemuda
pada masa kecemerlangan Islam dan masa abad ke-20 dan berbagai kenyataan
menunjukkan bahwa sebagian besar peristiwa yang telah lalu banyak dipengaruhi
oleh mereka yang tergolong pemuda. Hampir seluruh gerakan di dunia, sejak zaman
purba hingga zaman satelit ini, pemuda memiliki peran yang cukup signifikan.
Bahkan ketika Islam mencetuskan gerakan dakwahnya belasan abad yang silam.
Kepemimpinan itu telah ada dari zaman Rasulullah SAW hingga kini.
Sebagai salah
satu acuan pada zaman tabi’it tabi’in. Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu
contoh sosok pemuda yang berhasil dalam memimpin di masanya.
Telah
diriwayatkan bahwa sosok Umar bin Abdul Aziz menghadirkan pribadi yang sungguh
luarbiasa. Hal itu dapat terlihat dari kesucian jiwanya dan keagungan jejak
hidupnya. Walaupun Umar bin Abdul Aziz tidak hidup pada masa diturunkannya
wahyu namun ia mencoba mamindahkan masa wahyu itu kepada masanya, yaitu
masa-masa yang penuh dengan kegelapan, penindasan dan diwarnai oleh fanatisme
yang membabi buta.
Pada masa itu,
Umar bin Abdul Aziz mampu merubah tradisi Daulat Bani Umayyah yang rendah yang
telah berlalu selama 60 tahun, menjadi masa pemerintahan yang indah, baik,
adil, dan sejahtera yang mirip dengan masa Rasulullah SAW.
Dalam hal
tersebut yang ia habiskan hanya memakan waktu dua tahun lima bulan dan beberapa
hari saja. Keistimewaan dirinya inilah membuat Umar bin Abdul Aziz dan sejarah
perjuangannya lebih mirip legenda daripada fakta.
Umar bin Abdul
Aziz menerima kekuasaan sebagai khalifah dikala ia masih muda. Saat itu usianya
belum mencapai 35 tahun. Suasana yang ditemui Umar bin Abdul Aziz diawal
kekhalifahannya telah memaksanya untuk menumpahkan perhatiannya yang lebih
besar terhadap hak-hak manusia.
Peran pemimpin
tersebutlah yang layak direvitalisasi kembali dengan baik dan benar khususnya
bagi kaum muda, karena merekalah yang akan menjadi teladan konkrit bagi masyarakat
kontemporer dalam mewujudkan tujuan mulia dan cita-cita Muhammadiyah. Anggapan
bahwa kaum muda masih labil, nampaknya sudah harus ditangguhkan dengan melihat
lebih dalam kepada kader-kader yang lahir dari binaan organisasi otonom maupun
amal usaha Muhammadiyah lainnya seperti sekolah, ponodok pesantren dan
universitas.
2. Kekuatan dan Peran Pemuda Terhadap Perubahan
Perubahan yang
diinginkan bersama dalam Muhammadiyah adalah perubahan yang komprehensif dan
substantif, meliputi seluruh bidang kehidupan dan sisi normatif bagi seluruh
umat. Bukan sekedar perubahan yang sifatnya parsial dan hanya menjadi solusi
sesaat, yang pada akhirnya akan kembali melahirkan masalah-masalah baru. Untuk
itulah sangat dibutuhkannya peran kaum muda yang bersungguh-sungguh dalam
melakukan perubahan.
Ada kontribusi
lain yang bisa diberikan kepada Islam dan persyarikatan ini, yaitu tenaga dan
amal nyata yang dilakukan oleh para pemuda. Seorang mukmin dalam perspektif Al-Qur’an
digambarkan sebagai manusia yang dinamis, progresif dan produktif. Dia
senantiasa memiliki daya juang dan daya dobrak dalam menebarkan nilai-nilai
kebenaran yang telah diyakininya. Begitu juga memiliki prinsip istiqomah dalam
amanah yang telah dipikulnya. Bekerja adalah budayanya, berkorban adalah
nalurinya dan fitrahnya adalah keberanian.
Selalu tegar
dan tidak pernah gentar dalam menebarkan nilai kebenaran dan kebaikan. Beramal
dan bergerak juga merupakan indikator kebaikan hidup bagi seorang pemuda Muhammadiyah.
Karena semua yang bergerak dan beramal akan mendatangkan kemashlahatan dan
kebaikan.
“Sungguh
fitrah ini bisa sukses apabila ada umat yangkuat, keikhlasan yang penuh di
jalannya, hamasah yang membara dan adanya persiapan yang melahirkan tadhhiat
(pengorbanan) dan amal untuk merealisasikannya. Dan hampir-hampir empat pilar
ini (iman, ikhlas, hamasah dan amal) merupakan karakteristik bagi para pemuda.
Karena dasar keimanan adalah hati yang cerdas, dasar keikhlasan adalah nurani
yang suci, dasar hamasah adalah syu’ur yang kuat dan dasar amal adalah ‘azm
menggelora.” (Hasan Al Banna).
Oleh
karenanya, seorang pemuda tidak akan berpangku tangan tanpa ada partisipasi
dalam mewujudkan agenda perubahan umat. Tuntutan bagi para pemuda untuk
bergerak dikarenakan bahwa pemuda adalah sosok yang memiliki jiwa
intelektualitas. Sebagai entitas masyarakat, pemuda juga berusaha kritis
terhadap kondisi masyarakatnya dan berusaha mengungkapkan realitas dan
fakta-fakta yang terjadi di masyarakat, dan menyampaikan langsung kepada para
penguasa dan mampu mengambil kebijakan. Pada akhirnya pemuda menjadi tumpuan
bagi rakyat untuk terus menyuarakan perubahan.
Muhammadiyah
tidak kekurangan kader muda yang mempunyai kekuatan terhadap perubahan. Setiap
tahun banyak kaum intelektualitas mudah yang diluluskan oleh kampus-kampus dan
sekolah-sekolah Muhammadiyah. Mereka mampu dan mempunyai kekuatan. Hanya saja,
kadang mereka belum punya kesempatan untuk mengamalkan ilmu dan pemikirannya
untuk turut serta dalam strategi pergerakan persyarikatan.
3. Harapan, Peluang
dan Tantangan Kepemimpinan Pemuda
Sebuah proses perubahan sangat dipengaruhi
oleh pemimpin. Terlebih lagi dalam struktur dan budaya sosial yang
paternalistik. Untuk dapat mewujudkan masyarakat yang beradab, bangsa ini harus
memiliki pemimpin yang amanah, mau bekerja keras, dan mampu mengarahkan serta
menggerakkan massanya untuk bersama berjuang mencapai cita-cita perjuangannya.
Hal inilah yang menjadi harapan bagi seluruh warga Muhammadiyah dan para
pemuda.
Kalau dilihat di negara Indonesia, para foundhing
fathers telah menetapkan, bahwa perubahan yang harus terjadi adalah
terwujudnya kemerdekaan, kebersamaan, ketuhanan yang Maha Esa, krmanusiaan yang
adil dan beradab, persatuan Indonesia, kedaulatan rakyat, dan yang terakhir
adalah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana termaktub
dalam konstitusi negara kita. Sebuah cita-cita besar dari sebuah perubahan.
Begitu juga dalam Muhammadiyah yang mempunyai cita-cita dan tujuan mulia demi
terciptanya masyarakat yang berguna di dunia maupun di akhirat nanti.
Berbagai tantangan telah dilalui, namun
perubahan yang diinginkan oleh seluruh umat khususnya rakyat Indonesia dan
umumnya para tokoh Muhammadiyah belum banyak yang dapat diwujudkan. Keinginan
mendapatkan perubahan tetap terus bersemayam di dalam dada seluruh umat hingga
kini. Mereka masih terus menuntut, bergerak, berjuang dan melawan hingga
tercapainya perubahan menuju kehidupan yang lebih baik bagi rakyat.
Hal itulah yang menjadi salah satu tantangan
bagi para pemuda sebagai pemimpin masa depan. Adapun hal lain yang menjadi
tantangan bagi para pemuda dalam melakukan perubahan adalah terkotorinya
kepribadian persyarikatan oleh beberapa oknum yang melumpuhkan sendi
kekuatannya.
Kepemimpinan
untuk saat ini masih menjadi sebuah masalah yang harus terus diasah dan
ditingkatkan kualitasnya. Apalagi itu akan menjadi sangat urgen ketika kita
mengharapkan kokohnya kepemimpinan yang bisa menampilkan moral dan akhlaq
Islami. Kepemimpinan masih menjadi masalah krusial yang kemudian mengakibatkan
negeri ini mengalami krisis multidimensi yang parah. Akan tetapi, hal tersebut
tidak mustahil terwujud. Kader-kader Muhammadiyah telah digembleng mulai dari
kecil dengan mengikuti organisasi pelajar di tingkat ranting. Hal inilah yang
menjadi modal besar para pemuda Muhammadiyah untuk melakukan sebuah perubahan.
Kesimpulannya, Pemuda kapanpun dan
dimanapun ia berada adalah harapan bagi persyarikatan,
masyarakat, dan bangsa. Harapan untuk perbaikan dan kemajuan ada di tangan
mereka. Oleh karena itu, idealisme pemuda
yang tinggi akan bisa menanggung beban yang diberikan di pundaknya.
Peran pemuda dalam
setiap episode sejarah tentu berbeda. Skenario yang akan dimainkan pasti tidak
sama karena kebutuhannya pun sudah berbeda dari waktu sebelumnya. Saat ini
pemuda bisa menjadi bagian dari official actors dalam proses pengambilan kebijakan dengan cara masuk dalam
lingkaran kekuasaan melalui lembaga legislatif, eksekutif dan yudikatif.
Kontribusi pemuda juga bisa melalui unofficial actors dengan mempengaruhi kebijakan pemerintah dari luar.
Caranya dengan masuk dan berperan dalam partai politik, media massa, kelompok
kepentingan atau interest group, organisasi riset atau lembaga
penelitian.
Untuk itu, sudah saatnya Muhammadiyah memberi
kesempatan kaum muda untuk berkiprah dalam strategi perjuangannya. Dengan
begitu semua lini akan mampu membantu serta memberi dukungan terhadap apa yang
telah dicita-citakan oleh Muhammadiyah. Sangat disayangkan jika Muhammadiyah
membiarkan kader-kadernya hilang begitu saja atau berkembang bukan dalam
naungan Muhammadiyah.
Apapun dan
bagaimanapun kontribusi pemuda dibutuhkan oleh bangsa dan persyarikatan ini. Kita tidak bisa
menilai bahwa yang duduk dalam kekuasaan memiliki kontribusi yang lebih besar
daripada mereka yang aktif untuk memberdayakan masyarakat. Jabatan atau
kedudukan bukanlah tujuan. Ia hanyalah sarana untuk mencapai tujuan. Orang baik
adalah orang yang paling banyak memberikan manfaat kepada orang lain. Semoga kita menjadi salah satunya. Kaum muda Muhammadiyah ada untuk bangsa dan akan
berkontribusi untuk persyarikatan.
Penulis : Abdul Ghoni Mahmudi
0 comments:
Post a Comment